Mungkin sebagian dari kita, bertanya-tanya.
Mengapa kita berada di jalan ini? Jalan ini bukanlah jalan yang ditaburi
bunga-bunga harum, bukan jalan yang mudah ditempuh. Namun, jalan ini adalah
jalan yang penuh onak dan duri. Jalan yang tidak semua orang bisa menikmatinya
dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keistiqamahan.
Bukankah kita sepatutnya iri, melihat mereka
yang menghabiskan masa mudanya untuk bersenang-senang, tanpa perlu memikirkan
suatu hal yang mungkin hanya memberatkan pikiran saja. Tak perlu menghadiri
SYUTING* untuk membahas masalah tertentu, tak perlu menghadiri kajian yang
terasa menjenuhkan, tak perlu mengingatkan orang lain untuk terus berbuat baik.
Apakah keberadaan kita di jalan ini, hanyalah
sebagai bentuk sebuah keterpaksaan, ikut-ikutan, tanpa mengetahui orientasi
sesungguhnya kita berada di jalan ini. Atau jangan-jangan ki dari penampilan
kita mendukung mengenai eksistensi keberadaan di jalan ini, namun hati kecil
kita menolaknya karena belum siap menerima.
Teringat pada sebuah buku kecil, namun
manfaatnya sungguh luar biasa.”Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan Kami”
“Sesungguhnya keberadaan kami di jalan ini
adalah kebutuhan kami sendiri. Rasa kebutuhan yang begitu mendalam. Bahkan
lebih dari sekedar kebutuhan, karena kami melangkah di jalan ini dengan penuh
rasa syukur atas hidayahNYA kepada kami.
Dia mampu untuk melakukan sesuatu tanpa
memerlukan kita di jalan ini, Dia mampu untuk mengatur segala proses yang terjadi
di alam semesta ini sendiri, Dia mampu untuk menegakkan agama ini sendiri,
tanpa perlu membutuhkan bantuan kita. Namun, tahukah sobat? Bahwasanya
Dia sedang menguji kita. Menguji keistiqamahan kita. Menguji keteraturan
barisan kita. Kebutuhan kita untuk mencari amal sebanyak-banyaknya, sebagai
penolong kita dari azab Nya adalah dengan bergabungnya kita di jalan ini.
Bahwasanya Dia akan murka jika tak ada di antara
kita yang berjuang untuk menyampaikan kebenaran. Dia akan memberikan azab
kepada kita semua tanpa terkecuali. Karena keberadaan sekelompok orang yang
menyuarakan kebenaran, akan menjadi penghalang turunnya azab ALLAH.
Jika sampai saat ini kita masih merasa penuh
sesak, letih, ingin mundur dari jalan ini karena beberapa hal. Pikirkanlah!
Karena sepatutnya lah kita bersyukur menjadi “pioneer” di jalan ini. Mengingat
akan begitu banyak rintangan dan hambatan yang akan kita temui, tidak bisa
merasakan hasil perjuangan secara langsung. Karena bagaimanapun kita menyeru
pada kebaikan. Semuanya kita kembalikan pada sang pemilik hidayah. HidayahNya
akan diturunkan pada hamba-hambaNYA yang membuka diri, pada mereka yang
mencari, bukan mereka yang menunggu.
Di jalan ini pula kita akan bertemu dengan
berbagai macam karakter penempuh perjalanan, untuk itulah kita dituntut untuk
menjunjung tinggi rasa toleran di antara sesama. Jangan mudah terpecah belah
karena hal-hal yang tak perlu diperdebatkan. Lihatlah kebaikan, dan kelebihan
mereka. .Jadikanlah mereka sebagai sumber motivasi untuk terus meningkatkan kinerja
penempuh perjalanan. Contohlah Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya yang
masing-masing mereka memiliki kelebihan satu sama lain. Mereka saling
melengkapi tanpa perlu membanding-bandingkan satu sama lain. Karena setiap
manusia memiliki cara dan kelebihannya tersendiri untuk tetap bertahan di jalan
ini.
Seseorang bertanya.
“Kenapa perjuangan itu pahit?”
“Karena Surga itu manis…”
(dakwatuna.com)
“Kenapa perjuangan itu pahit?”
“Karena Surga itu manis…”
(dakwatuna.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar