CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 02 Februari 2012

Urgensi Jamaah

Aku ingin menggambarkan makna jama’ah dengan sangat sederhana. Bukan dengan dalil-dalil, karena itu sudah sangat banyak dijelaskan para ulama dan para ustadz. Namun dengan hal-hal praktis yang kita lakukan dalam kehidupan keseharian. Hal-hal mudah yang bisa kita aplikasikan dalam kegiatan.

Dalam Skala Personal
Engkau adalah seorang kader dakwah, seorang aktivis. Dalam dirimu teramat banyak potensi yang Allah berikan, alhamdulillah. Dengan berbagai potensi itu engkau bisa melakukan banyak hal, teramat sangat banyak hal. Engkau bisa mengundang banyak orang untuk datang menghadiri kegiatanmu, engkau bisa mengumpulkan banyak khalayak untuk memenuhi undanganmu. Engkau bisa menggelar ribuan acara dengan nama dan potensimu. Engkau bisa mengatakan, “Sendiri saja, aku bisa melakukan semua ini”.

Memang bisa, dan sangat mudah bagimu.
Namun itu bukan jama’ah. Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau tidak bekerja sendirian, kendati engkau sendiri mampu melakukan itu. Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau tidak menjalankan semua agenda dakwah sendirian, kendati engkau sendiri yakin bisa melakukan itu; oleh karenanya engkau memerlukan kebersamaan untuk mengemban amanah dakwah.
Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau menjadi satu bagian yang utuh dari sebuah kebersamaan, kendati engkau merasa lebih leluasa bekerja sendirian. Yang disebut jama’ah adalah ketika ada visi jama’i, ada manhaj, ada khuthuwat, ada baramij, yang kesemuanya merupakan produk kolektif, bukan produk individu, kendati engkau bisa membuat itu semua sendirian.

Pada Struktur Wilayah
Aku sangat yakin, pada struktur lembaga dakwah di tingkat wilayah, para aktivis yang berada dalamnya memiliki potensi yang luar biasa hebat. Mereka bisa melakukan sangat banyak aktivitas dakwah di tingkat wilayah. Mereka melakukan koordinasi, konsolidasi juga ekspansi. Mereka menggelar program dan kegiatan setiap hari. Mereka melakukan berbagai inovasi dakwah tiada henti.
Mereka menyelenggarakan berbagai kegiatan besar dan mampu menghimpun sangat banyak kalangan. Pada titik ini, struktur dakwah tingkat wilayah bisa mengatakan, “Kami bisa berjalan sendiri, tanpa perlu struktur dakwah di tingkat pusat. Toh nyatanya selama ini kami memang telah berjalan sendiri tanpa didampingi struktur pusat”.
Memang bisa, dan sangat mudah bagimu.
Namun itu bukan jama’ah. Yang disebut jama’ah adalah ketika struktur wilayah selalu berkoordinasi dengan pengurus pusat, kendati mereka merasa mampu melakukan semua kegiatan itu secara mandiri. Yang disebut jama’ah adalah ketika struktur wilayah tidak menjalankan semua agenda dakwah sendirian, dan merasa tidak memerlukan struktur pusat, kendati memang mampu menjalankan semuanya sendirian.
Yang disebut jama’ah adalah ketika struktur wilayah menjadi bagian yang utuh dari struktur pusat, kendati mereka merasa lebih leluasa bekerja mandiri, tanpa intervensi apapun dari pengurus pusat. Yang disebut jama’ah adalah ketika ada arahan, supervisi, koordinasi, dan konsolidasi struktur pusat dengan struktur wilayah. Ketika ada kebersamaan yang harmonis antara struktur pusat dengan wilayah. Karena sesungguhnya tidak artinya pusat ketika tidak ada wilayah, dan begitu pula sebaliknya. Inilah yang disebut jama’ah.
Inilah Jama’ah
Ya, inilah bangunan jama’ah itu. Ketika semua bagian saling terkait, saling menyatu, saling menjadi bagian utuh dengan bagian lainnya. Setiap bagian sama pentingnya, seperti kita memahami bagian manakah yang penting dari mobil. Roda sama pentingnya dengan kemudi, rem sama pentingnya dengan gas, oli sama pentingnya dengan bahan bakar. Semua bagian menjadi pembentuk bangunan utuh dari jama’ah. Jika berkurang satu bagian, akan berdampak secara sistemik bagi kegiatan dan kehidupan jama’ah.
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam” (HR. Muslim).
Semua dari kita memiliki potensi dan kemampuan yang hebat, alhamdulillah. Namun sehebat apapun potensi itu, menjadi kurang bermakna ketika tidak diwadahi jama’ah. Engkau mungkin kurang sabar dalam mengikuti ritme hidup berjama’ah, karena ada aturan, ada panduan, ada pedoman, ada keputusan yang harus dilakukan. Engkau mungkin merasa bosan dengan berbagai agenda hidup berjama’ah yang tampak lamban, padahal engkau bisa melakukan berbagai hal lebih cepat.
Memang bisa, dan sangat mudah bagimu.
Namun itu bukan jama’ah. Karena jama’ah artinya keterpaduan, kesatuan, keharmonisan, kebersamaan, kesediaan, kerelaan, empati, dan keteraturan. Karena jama’ah artinya perencanaan. koordinasi, konsolidasi, pengaturan, manajemen, komando, pengawasan serta evaluasi. Karena jama’ah artinya penyatuan hati, perasaan, pikiran, dan kegiatan. Karena jama’ah artinya kasih sayang, kelembutan, ketegasan, kedisiplinan dan keserasian.
Karena jama’ah artinya cinta.

Engkau adalah seorang kader dakwah, seorang aktivis. Dalam dirimu teramat banyak potensi yang Allah berikan, alhamdulillah. Dengan berbagai potensi itu engkau bisa melakukan banyak hal, teramat sangat banyak hal. Engkau bisa mendaftarkan diri menjadi calon kepala daerah atau calon wakil kepala daerah saat Pilkada di daerahmu. Engkau bisa mendaftarkan diri menjadi calon Presiden atau calon wakil Presiden saat berlangsung Pilpres. Engkau bisa mencalonkan diri dalam berbagai jabatan publik, tanpa harus meminta pertimbangan dan masukan dari siapapun.
Engkau bisa menghimpun orang dan melaksanakan kampanye. Engkau bisa membentuk tim sukses yang akan menjalankan semua agenda pemenangan dirimu. Engkau bisa memenuhi semua persyaratan formal untuk pendaftaran dirimu sebagai calon. Engkau bisa membiayai semua keperluan kampanye dan semua konsekuensi pemenanganmu. Engkau bisa mengibarkan bendera bersama tim sukses dan tim teknis yang engkau bentuk, dan memenuhi semua pojok wilayah dengan spanduk dan poster dirimu.
Dengan segala potensi dan kharisma dirimu, engkau bisa menggerakkan massa, menembus media, dan menjadi perhatian publik. Engkau bisa mempengaruhi pilihan masyarakat dengan rekayasa media dan berbagai program nyata di tengah konstituen pendukungmu. Berbagai resources bisa engkau hadirkan untuk mendukung semua langkah pencalonan dan pemenangan dirimu.
Akhirnya, engkau bisa saja memenangkan pertarungan dalam Pilkada atau dalam Pilpres, Sendiri saja,bersama tim sukses bentukanmu, engkau bisa menjadi kepala daerah atau bahkan menjadi Presiden. Memang bisa, dan sangat mudah bagimu.
Namun itu bukan jama’ah.
Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau tidak memutuskan sendirian pencalonan dirimu. Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau mempercayakan pembahasan mengenai pencalonan dalam Pilkada kepada tim yang dibentuk oleh struktur. Ketika engkau menyerahkan pilihan untuk maju atau tidak maju dalam pilkada kepada keputusan struktur; dan engkau rela untuk maju atau untuk tidak maju dalam pencalonan sesuai keputusan struktur.
Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau tidak memaksakan diri untuk maju, padahal struktur telah memutuskan yang lain. Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau bisa menerima keputusan struktur yang mencalonkan kader atau pihak lain dalam Pilkada atau Pilpres, kendati engkau merasa lebih baik dari kader atau pihak yang dicalonkan tersebut.
Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau bersedia maju dalam pencalonan, karena telah menjadi keputusan jama’ah. Engkau tidak menolak amanah itu, kecuali dengan alasan yang syar’i. Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau berada dalam koordinasi dan konsolidasi bersama struktur dalam menjalankan agenda pencalonan dan pemenangan. Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau mengelola semua resources yang engkau miliki dan bisa engkau usahakan, dalam koordinasi dengan struktur.
Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau tetap semangat terlibat dalam proses pemenangan, kendati yang menjadi calon bukan dirimu, karena struktur telah menetapkan kader lain sebagai calon yang diusung. Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau tetap bekerja dengan bersungguh-sungguh mengusahakan kemenangan saudaramu yang telah ditetapkan sebagai calon, kendati engkau sesungguhnya juga menginginkan posisi itu.
Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau tetap terlibat membantu usaha pengelolaan pemerintahan yang bersih, peduli dan profesional, tatkala kader yang dicalonkan telah berhasil memenangkan pemilihan. Engkau tidak menghambat program yang dicanangkan oleh kepala daerah atau Presiden terpilih, kendati engkau tetap memiliki keinginan untuk maju dalam proses pemilihan lima tahun yang akan datang.
Itulah yang disebut jama’ah.
(Ust.Cahyadi Takariawan)

Tidak ada komentar: