“Semua yang dimiliki kader harus bisa
dikontribusikan untuk dakwah dan jama’ah. Jika kita punya rumah, harus ada
kontribusi rumah untuk kegiatan dakwah dan jama’ah. Jika punya mobil, harus ada
kontribusinya untuk dakwah dan jama’ah. Jika punya motor, harus ada
kontribusinya untuk dakwah dan jama’ah. Dengan cara itulah kegiatan dakwah akan
terus berjalan dengan lancar dan berkesinambungan”, demikian tausiyah dari
ustadz Subaryanto, dalam acara Forum Silaturahmi Kader Dakwah
Tausiyah ini sangat penting dan mendalam. Ada
pertanyaan besar yang sering disampaikan orang, mengapa kita bisa memiliki
banyak kegiatan, bersambung dari satu kegiatan ke kegiatan berikutnya, seakan
tidak pernah berhenti dan istirahat. Pertanyaan mereka lebih ke arah, “Berapa
banyak uang yang dikeluarkan untuk berbagai kegiatan tersebut?” Ternyata kita
sendiri bahkan tidak pernah menghitungnya, karena kita melakukan saja, bekerja
saja, berkegiatan saja, tanpa pernah menghitung dengan rinci semua pengeluaran
kita.
Lihatlah tradisi dakwah dan jama’ah yang sudah kita bangun selama
ini. Pertemuan dilakukan dari rumah ke rumah, sekaligus silaturahim antar kader
dakwah. Saat menghadiri pertemuan, kita datang dengan mengendarai motor, mobil,
atau menggunakan angkutan umum. Kita tidak pernah meminta ganti atas semua yang
kita keluarkan secara pribadi, demi kelancaran kegiatan dakwah. Inilah salah
satu cara untuk mengkontribusikan semua potensi yang kita miliki untuk dakwah
dan jama’ah.
Coba jika dihitung dengan teliti, berapa banyak
dana yang telah kita keluarkan untuk satu pertemuan. Tempat pertemuan gratis,
karena tidak perlu menyewa. Rumah kader bisa kita gunakan sebagai tempat
pertemuan, bahkan di garasi atau di halaman belakang rumah pun bisa. Tuan rumah
dengan suka rela menyediakan minuman dan makanan, sebagaimana tradisi menjamu
tamu pada umumnya. Masih ditambah berbagai sarana seperti tikar, karpet, atau
kursi dan meja, serta fasilitas pertemuan ala kadarnya yang dimiliki tuan
rumah. Tempat pertemuan gratis, jamuan gratis, fasilitas gratis.
Para peserta datang sendiri, tanpa meminta ganti
ongkos transport. Jika harus mengganti ongkos transport, maka akan terkumpul
jumlah yang cukup besar, karena kader datang dari berbagai tempat yang
berjauhan. Namun kehadiran kader dalam sebuah pertemuan dakwah, lebih sering
tidak dikaitkan dengan ongkos transport, karena sudah menjadi tradisi rutin
yang berjalan selama ini. Semua datang dengan kecintaan, semangat, pengorbanan
dan harapan. Dengan demikian untuk satu pertemuan, hampir tidak ada dana yang
perlu dikeluarkan karena semua sudah ditanggung oleh masing-masing kader yang
menjadi peserta.
Kecuali untuk acara tertentu yang berskala
nasional, memang ada sedikit “hitungan” yang berbeda, karena ada renik-renik
dan unsur publisitas tertentu yang ingin dimunculkan. Secara umum, sekian
banyak agenda dakwah yang telah berjalan rutin selama ini, menjadi tanggungan
setiap kader, tanpa ada “hitungan” ganti. Semua kader memahami, ganti akan
diberikan secara langsung oleh Allah dalam jumlah yang berlipat, jauh lebih
banyak dari apa yang mereka kontribusikan.
Logika seperti ini sepertinya sulit dipahami
masyarakat pada umumnya, bahwa ada banyak agenda kegiatan organisasi bisa
berjalan dengan baik dan rutin, tanpa perlu kucuran dana dari organisasi.
Biasanya, pada organisasi secara umum, setiap agenda kegiatan, selalu
menimbulkan anggaran. Semakin banyak kegiatan, semakin besar pula
anggaran yang harus dikeluarkan. Kenyataannya, ketika tidak disediakan
anggaran, kegiatan tidak bisa berjalan. Tidak begitu dengan organisasi dakwah.
Logika yang berkembang adalah tadhiyah, sedangkan tadhiyah muncul dari
kepahaman dan keikhlasan.
Tausiyah ustadz Subaryanto tersebut mengingatkan
kita semua tentang urgensi kontribusi. Kader telah terbiasa dengan jalan
kontribusi, bahkan bagi mereka, hal ini sudah tidak memerlukan pemikiran dan
pertimbangan lagi. Kontribusi sudah menjadi akhlak, sudah menjadi aktivitas
spontan, dan harian. Tidak perlu berpikir apakah akan meminjamkan ruangan untuk
pertemuan, tidak perlu pertimbangan apakah akan meminjamkan mobil untuk
perjalanan dakwah, tidak perlu merenung untuk memberikan fasilitas guna
kelancaran kegiatan dakwah dan jama’ah. Semua sudah berjalan dengan sendirinya,
tanpa dihitung-hitung dan diingat-ingat.
Setiap kader dakwah tidak pernah mengingat dan
tidak memiliki catatan pribadi, berapa ratus ribu liter bensin telah
dikeluarkan untuk kegiatan dakwah dan jamaah. Berapa juta kilometer jalan
pernah ditempuh dalam menunaikan amanah dakwah. Berapa ribu kali meminjamkan
motor atau mobil untuk kepentingan dakwah dan jama’ah. Berapa ribu kali
menyediakan rumahnya untuk tempat kegiatan dakwah dan jama’ah. Berapa banyak
uang telah dikeluarkan untuk kelancaran dakwah. Berapa banyak tenaga telah
dikeluarkan guna menunaikan amanah dakwah.
Semua tidak dihitung, semua tidak diingat, semua
tidak dicatat. Semua dikerjakan sepenuh kecintaan, sepenuh kesadaran, sepenuh
kepahaman. Semua dikeluarkan dengan harapan akan mendapatkan balasan terbaik
dari sisi Allah. Semua dikeluarkan tanpa perasaan menyesal. Hal ini bisa terjadi,
karena kader memahami bahwa kontribusi adalah kunci keberlanjutan dakwah dan
jama’ah. Kontribusi adalah jalan menuju kemenangan. Kontribusi adalah kekuatan.
Sungguh, kontribusi telah menjadi jalan hidup
kami.
(Ust. Cahyadi Takariawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar