Bismillah… dengan nama Allah yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Segala puji hanyalah milik Allah ta’ala, yang telah
menurunkan Al Qur’an kepada hambaNya kitab Al-Qur’an sebagai penjelasan atas
segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang muslim.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, Keluarga,
Sahabat, dan orang-orang yang tetap teguh dalam ajaran Islam yang senantiasa
berittiba’ dan mengikuti sunnah-sunnah beliau SAW, sampai akhir zaman.
Dalam suatu halaqah ilmu yang anggotanya
rata-rata ibu rumah tangga dengan segala kesibukannya, dilontarkanlah sebuah
pertanyaan. “Berapa target harian tilawah (membaca) Al-Qur’an?”
Jawabannya memang beragam, ada yang sanggup sehari 3 halaman, ada yang sanggup
sehari 5 halaman, ada yang satu juz(10 halaman) bahkan lebih dari itu. Namun
sangat di sayangkan ternyata rata-rata belum tercapai 1 juz dalam sehari.
Mengapa harus satu juz sehari? Mungkin sebagian
dari kita akan mengatakan “waduh boro-boro se-juz? Menyentuh Al-Qur’an saja
belum tentu…he-he-he.” Ternyata di kalangan orang-orang yang terbiasa dengan
halaqah ilmu saja masih terasa berat dengan istilah “rutin tilawah Al Quran
satu hari satu juz”. Lantas bagaimana dengan mereka yang masih sangat awam
dengan keislamannya?
Kembali kepada mengapa harus satu juz dalam
sehari? Secara sederhana dikatakan begini Al-Qur’an itu berapa juz? 30
juz…lantas satu bulan ada berapa hari? Kita ambil rata2nya, 30 hari. Mengapa
kita harus satu bulan harus mengkhatamkan membaca Qur’an satu kali? Dalam
hadits dikatakan: Dari Abdullah bin Amru bin Ash, dari Rasulullah shalallahu
‘alaihi wassalam beliau berkata, “Puasalah tiga hari dalam satu bulan.” Aku
berkata, “Aku mampu untuk lebih banyak dari itu, wahai Rasulullah.” Namun
beliau tetap melarang, hingga akhirnya beliau mengatakan, “Puasalah
sehari dan berbukalah sehari, dan bacalah Al-Qur’an (khatamkanlah) dalam
sebulan.” Aku berkata, “Aku mampu lebih dari itu, wahai
Rasulullah?” Beliau terus melarang hingga batas tiga hari. (HR.
Bukhari)
Menurut hadits di atas, kita dilarang
mengkhatamkan Al Quran lebih dari 30 hari. Karena bila kita membaca Al Quran
kurang dari 1 juz per harinya, kita akan kehilangan ruh dan akan menjauh dari
Allah. Selain itu, kita juga dilarang untuk mengkhatamkan Al Quran kurang dari
3 hari. Hal itu telah dijawab oleh hadits berikut:
Dari Abdullah bin Amru, beliau mengatakan bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan dapat memahami/menghayati
Al-Qur’an, orang yang membacanya kurang dari tiga hari.” (HR. Abu
Daud)
Lantas bagaimana untuk bisa mencapai satu juz
dalam sehari? Seperti tips di atas yang pertama-tama dilakukan adalah dengan
melancarkan bacaan sesuai ilmu tajwid yang benar. Karena apa ketika kita
membaca Al-Qur’an sesuai tajwid maka akan merasa nyaman dan menikmati. Berbeda
ketika kita masih kesulitan dalam membacanya, maka rasa malaslah yang
menghampiri. Tajwid artinya membaguskan. Membaguskan di sini bukan berarti
melagukan tapi lebih kepada mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya
dengan memberi hak dan mustahaknya. Hak huruf itu sendiri adalah sifat asli
yang selalu bersama dengan huruf tersebut, seperti Al Jahr, Isti’la, Istifal
dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahak huruf adalah sifat
Nampak sewaktu-waktu, seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa dsb.
Jadi ketika kita membaca sesuai tajwid maka
terasa nyaman di dengar meskipun tanpa lagu, Insya Allah. Selanjutnya setelah
lancar dan benar membacanya, hal yang harus kita lakukan membuat target harian.
Satu juz sama dengan 10 lembar. Agar terasa ringan bagilah menjadi 5. Bukankah
sehari kita melakukan shalat wajib 5 kali? 10:5 = 2. Jadi setelah shalat atau
sambil menunggu waktu shalat usahakan membaca 2 lembar. Jika sudah lancar
membaca Al-Qur’an dengan tartil kurang lebih hanya 10 menit. Tartil adalah
tingkatan membaca Al-Qur’an yang tidak terlalu cepat atau terlalu lambat,
bacaan tartil inilah yang disukai Allah. Firman Allah dalam QS 73:4 “Dan
bacalah Al-Qur’an dengan tartil”.
Lantas bagaimana jika ternyata kita terlupa atau
tidak sempat dalam sekali waktu shalat? Maka sebaiknya mengiqob (menghukum)
diri dengan mengurangi waktu tidur kita untuk mengejar tilawah tersebut. Bisa
juga ketika kita shalat malam kita pegang mushaf dan membaca Al-Qur’an untuk
rangkapan dalam setiap rakaatnya.
Nah adalagi jika beralasan bukankah setiap
perempuan itu punya halangan tiap bulannya? Berarti jumlah hari berhalangan
tidak bisa membaca dan menyentuh mushaf dimasukkan utang, dikalikan jumlah juz
kemudian ditambahkan pada hari-hari biasa ketika suci. Misal jumlah masa haid 7
hari, sisa hari suci 21. 7×10 = 70 lembar dibagi 21 hasilnya 3,33 lembar. Jadi
sehari ditambah 3,3 lembar atau 13,3 lembar dibagi 5 menjadi 2,6 lembar per
waktu shalat. Jika masih kesulitan rekayasa penghitungan bisa dibuat sesuai
kebutuhan.
Setelah usaha di atas dicapai yang tak kalah
penting adalah berdoa kepada Allah agar diberikan kekuatan dan keistiqamahan
dalam tilawatil Qur an…”Ya Allah, rahmatillah kami dengan Al-Qur’an itu bagi
kami sebagai pemimpin, petunjuk, dan rahmat. Ya Allah, ingatkan kami dari
Al-Qur’an apa yang telah kami lupa. Ajari kami Al Quran apa yang belum kami
ketahui. Berilah kami kemampuan membacanya sepanjang malam dan siang, dan
jadikanlah Al-Qur’an itu penyelamat kami dan jangan Engkau jadikan boomerang
bagi kami (menyeret kami ke neraka). Dengan menyebut Rahmat-Mu Ya Allah. Wahai
Yang Maha Pengasih dan Penyayang.”
*semoga ini bagian dalam mengamalkan QS Al ‘Ashr
(1-3)
“Demi masa. Sungguh manusia berada dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
Barangsiapa yang mendapat petunjuk dari Allah
maka tidak ada seorang pun yang dapat bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang
disesatkan Allah maka tidak ada siapapun yang bisa memberinya petunjuk.
Wallahu a’lam bishawwab.
(dakwatuna.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar