Setelah
usai peperangan (perang yarmuk), ada salah satu sahabat yang merintih kehausan,
seketika itu juga datang seorang yang membawakan air untuknya. Saat hendak
meminumnya, terdengar suara rintihan dari sahabat lain yang juga kehausan. Lalu
sahabat pertama berkata “wahai fulan bawalah air ini kepada saudaraku yang
disana , dia sangat kehausan.” Kemudian
si pembawa air itu menghampiri sahabat yang kedua dan ketika hendak meminum
airnya, terdengar dari arah yang lain suara rintihan lalu sahabat kedua
melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan sahabat pertama.
Ketika si
pembawa air itu menghampiri sahabat yang ketiga atas perintah sahabat kedua, ternyata
sahabat yang ketiga ini sudah syahid. Kemudian
si pembawa air itu kembali ke sahabat yang kedua, dan ternyata beliau syahid
juga. Ketika si pembawa air ini menghampiri sahabat pertama, ternyata beliau
juga sudah syahid. Subhanallah….. dalam
keadaan yang sangat kritis itu, para sahabat masih mementingkan dan mendahulukan
saudaranya, meski mereka sangat membutuhkannya.
Sungguh
sebuah anugrah yang luar biasa punya sahabat-sahabat seperti mereka. Mereka
menempatkan kepentingan mereka sebanding dengan kepentingan mereka, atau bahkan
lebih. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw, “Tidak
beriman seseorang diantaramu hingga kamu mencintainya seperti kamu mencintai
dirimu sendiri (HR. Bukhari-Muslim).
Dari
mereka kita bisa belajar tentang ukhuwah yang disana ada pengorbanan yang luar
biasa. Mereka sudah mencapai tingkatan/puncak tertinggi dalam ukhuwah yakni
itsar (mendahulukan orang lain), yang dimulai dengan ta’aruf, tafahum, ta’awun.
Mungkin hal ini bisa menjadi perenungan buat kita, yang saat ini sedang atau
baru mulai membina ukhuwah/persaudaraan. Di tengah kesibukan yang menyertai
sepanjang waktu (siang –malam), terkadang kita masih sedikit banyak egois,
bukannya sengaja untuk tak peduli/mengabaikan, namun kadang kala kita baru
peduli atau meluangkan waktu untuk mereka ketika semua permasalahan dan urusan
yang ada pada diri kita sudah terselesaikan. Tak banyak yang membantu
kepentingan saudaranya sebelum kepentingan diri mereka sendiri terselesaikan,
celetuk seorang saat berbincang. Padahal nabi Muhammad saw bersabda“ barang siapa menolong
saudaranya yang membutuhkan maka Allah swt akan menolongnya.” (HR. Muslim).
Jadi,
ketika kita dalam kesulitan dan ingin dimudahkan urusannya, maka perbanyaklah
menolong saudara saudara kita yang juga mengalami kesulitan, karna Haqqul Yaqin
bahwa Allah akan menolong semua urusan dan kesulitan kita.
Perlu
diketahui bahwa pengorbanan yang kita lakukan dalam berukhuwah itu tidak
dapat terjadi ketika tidak ada iman dalam diri. Karna Iman lah yang menjadi
kunci yang melahirkan sikap rela
memberikan sebagian bahkan seluruhnya apa yang dipunya untuk saudaranya walaupun
disaat itu ia juga membutuhkan. Tidak hanya harta, jabatan atau sekedar
popularitas yang dikorbankan. Jiwa dan nyawa sekalipun siap dipertaruhkan untuk
kebahagiaan saudaranya. Seolah olah semua hak dalam dirinya adalah hak untuk
saudaranya. Itulah indah dan manisnya ukhuwah karna iman. Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar