CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 25 Juli 2012

Mengapa dan kenapa?"?




@ Mengapa amanah ini diberikan kepada kita?
Bukan mereka yang memilih kita, tapi Allah lah yang memilih kita! Karena itu kita adalah orang yang terpilih. Berbahagialah!
@ Mengapa para qiyadah terdahulu meninggalkan kita?
Tidakkah kita sadari, bahwa kita bisa sejauh ini mengenyam nikmat tarbiyah dan dakwah hingga akhirnya kita tahu mana yang baik dan yang buruk, adalah juga karena ‘uluran tangan’ mereka. Tanpa mereka, akan seperti apa kita sekarang? Boleh jadi fisik mereka tidak menemani, tapi tidakkah kita sadari bahwa mereka selalu menyelipkan nama kita di setiap doa robithohnya?
@Mengapa kita dikelilingi para jundi yang kurang ideal?
Yakinlah, ada atau tidaknya mereka dakwah ini akan tetap berjalan. Kalau mereka mundur, artinya mereka kalah. Jangan jadikan kelemahan mereka menjadi penyebab kelemahan kita. Kuatlah! Jangan biarkan semangat lingkungan memengaruhi semangatmu, tapi semangatmulah yang seharusnya memengaruhi semangat lingkungan di sekitarmu!
@ Mengapa kita harus banyak mengerti, tapi mereka tidak pernah mengerti kita?
Sadarkah bahwa kemampuan untuk mengerti, belajar, dan memahami orang lain adalah kemampuan yang tidak banyak dimiliki orang lain? Karena kemampuan empati adalah tanda kebeningan hati, buah dari hidayah Illahi. Inilah proses kedewasaan yang Allah ajarkan kepada kita. Hingga ketika kita berkeluarga, menjadi suami, menjadi ayah, menjadi pemimpin, dan lain sebagainya, diri kita sudah siap untuk itu lantaran diri kita lebih arif dan bijaksana dalam bersikap. Mungkin kita yang terlalu su`udzon kepada mereka. Bersabarlah. Syukuri apa yang ada. Lakukan apa yang dibisa.
@ Mengapa kita tidak boleh futur?
Jangan egois. Pikirkan orang lain di sekitar kita. Apakah kita akan membiarkan proses tarbiyah para binaan dan para jundi kita terkatung-katung lantaran diri ini merasa tersakiti? Ataukah kita mau nantinya Allah mencabut nikmat ini dan memberikannya pada orang lain? Apakah kita tega membiarkan segala peluh perjuangan kita berakhir sia-sia hanya karena diri kita tidak kuat berpijak? Apakah kita ingin memasuki masa depan yang jauh dari nuansa tarbiyah dan dakwah? Dan kalaupun ingin futur, hendak seperti apa hidup kita nantinya? Apakah itu menjanjikan kebahagiaan yang sejati?
@ Mengapa begitu sulit dan berat?
Tidak sulit, karena di setiap kesulitan Allah janjikan kemudahan. Tidak berat, karena Allah tidak limpahkan beban melebihi kemampuan kita. Tidak ada masalah yang sulit ataupun berat. Masalah itu kecil selama hati kita besar. Kalau kita merasakan masalah begitu menghimpit dan sulit, itu artinya hati kita sedang menyempit.
Benarkah? Apakah hati kita sedang menyempit hingga mudah sekali kita menemukan alasan untuk lemah dan kalah? Padahal ada banyak sekali kenangan indah dan pengalaman manis yang kita dapatkan selama ini. Mengapa semua itu tidak terlihat oleh kita? Ada apa dengan kita?
Kita sadari semua protes dan keluh kita yang kita ungkapkan ternyata bermuara pada kita sendiri. Kekecewaan kita tak lain adalah bukti ketidakmampuan kita dalam menyibak tabir hikmah yang Allah berikan. Ada yang salah dengan hati kita. Kenapa?
Lama kita berpikir. Mendiagnosa hati. Sampai akhirnya kita bertanya dalam hati: Sudah berapa lama kita tidak qiyamul lail dan tilawah?
 Allahu a’lam…
(dakwatuna.com)

Tidak ada komentar: