CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 01 Mei 2012

Sepinya peradaban...



Kulihat sepinya sebuah peradaban

Ketika sepinya kegiatan dibarengi kesepian semangat

Inilah potret para pengemban peradaban

Yang ukhuwahnya sudah mulai memudar


Kulihat gersangnya semangat pewaris kejayaan

Duduk termenung penuh kesenduan

Seakan-akan habis ikut muhasabah seharian

Lantaran sepinya komitmen kedatangan jundi-jundi pilihan


Kulihat generasi pilihan semakin suka menyendiri

Seakan-akan surga untuknya sendiri

Tak peduli lagi dengan keadaan teman seperjuangan

Yang tertatih letih atasi masalah yang ganas menerjang


Kulihat pewaris tahta dakwah mulai lelah

Menanggung beban yang semakin payah

Kulihat nyali jundi-jundi dakwah tak lagi merah

Karena digerogoti nyali putih yang kuat mewabah


Kulihat lisan-lisan tak lagi berkata

Saudaraku ke mana kau melangkah selama ini

Sudah lama ku tak lihat wajahmu di sisi

Adakah beban-beban yang menggelayut di hatimu
Ceritakanlah dan aku akan setia mendengarkannya
Ungkapkanlah boleh jadi aku bisa meringankannya
Atau minimal berat beban di punggungmu terkurangi


Kulihat Hp-hp kita semakin mahal harga belinya

Tapi anehnya semakin murah kegunaannya

Tak lagi hp ini digunakan untuk mengirim sebait taujih

Mengalirkan kesejukan doa untuk sirami hati yang gersang
Mengirimkan secercah cahaya untuk sinari hati yang gulita


Kulihat tangan kita mulai jarang bergandengan

Ku juga mulai melihat kaki jarang berjalan beriringan

Mungkin karena kesibukan yang mulai menggeruskan kebersamaan

Atau keinginan menikmati sepi di tengah keramaian


Kudengarkan curahan hati sebuah masjid

Saudaraku, katakanlah pada yang lainnya

Aku mulai merasa kedinginan dan kesejukan yang meremukkan tulang

Tak ada lagi kebersamaan tamuku yang menghangatinya
Kini tamuku tak betah berlama-lama
Sehabis menumpang shalat mereka segera meninggal kau sendiri
Tak ada lagi tegur sapa di antara tamu-tamuku itu
Bahkan terkadang kudapati sekedar salam pun tak
Sempat diucapkan sesama mereka

Dimana kehangatan ukhuwah mereka dahulu


Saat bersama-sama membersihkan karpet dan lantaiku

Saat bersama-sama saling menanya kabar

Saat bersama-sama mendengungkan lantunan Qur’an
Saat bersama-sama merembukkan suatu persoalan

Kudengarkan kisah mereka yang saling menyalahkan

Tapi tak ada upaya untuk saling membetulkan

Kudengarkan mereka mulai berbicara militansi yang hilang

Tapi tak pernah sungguh-sungguh untuk mengembalikan keadaan



Kudengarkan keluh kesah mereka

Menangisi perubahan keadaan

Kulihat semangat itu mulai kembali menyepi
Sesepi perubahan kehidupan alam saat malam menjelang


(dakwatuna.com)

Tidak ada komentar: